LITERASI DIGITAL, MEDIA MENGAJAR KEKINIAN
LITERASI DIGITAL , MEDIA MENGAJAR KEKINIAN
Oleh Helwiyah
Dunia pendidikan terus bergeliat. Seiring pandemi covid 19 yang melanda, banyak proses dan kebijakan pembelajaran mengalami perubahan warna. Bak tersentak semua tergerak menghadapi hal dan kebiasaan baru. Tak menyangka bahwa virus covid 19 yang mulai menghantui dunia pendidikan Indonesia sejak maret 2019 akan berkepanjanggan. Tak ada lagi canda tawa ceria siswa di halaman sekolah, tak ada keramaian antar jemput di gerbang sekolah, tidak terdengar lagi musik senam irama dari sound system dengan gerak lucu dan lincah siswa siswi mungil mengikuti gerak guru olah raga, tiang bendera pun hanya termangu sendiri dilapangan tanpa sapa dan hormat warga sekolah, gema lagu Indonesia raya pun senyap.
Terasa gagap para guru hendak mengajar. Berfikir bagaimana cara menyampaikan pembelajaran dan berkomunikasi dengan para siswa. Banyak pembatasan yang dilakukan demi menjaga agar penyebaran virus tidak menyebar melalui komunikasi dan tatap muka. Pemerintah cepat berespon dan mengambil berbagai kebijakan dengan membuat alternatif solusi yang diperlukan. Mulai dari Mengaktifkan kembali TVRI sebagai media penyampai materi pembelajaran terprogram, perberlakuan kurikulum darurat, pengiriman RPP yang disesuaikan , penyelenggaraan webinar melalui aplikasi zoom meeting, google meet, bahkan sampai webinar melalui Whatsapp group.
Guru sebagai pelaksana di lembaga pendidikan menjadi konseptor, motivator, inisiator dan konselor yang harus memiliki kompetensi memadai dan dipaksa harus di upgrade dalam mensikapi kondisi pembelajaran yang belum terbiasa.
Pemanfaatan media teknologi adalah salah satu alternatif solusi yang menjadi pilihan terbaik. Melek teknologi langkah tepat untuk terus berjalan. Mengikuti berbagai webinar dan pelatihan cara terbaik. Mulailah berbagai lembaga pendidikan dan non pendidikan menawarkan event event webinar secara gratis bagi para guru untuk memberi bekal dalam pembelajaran di era pandemi. Mulai dikenal sertifikat online sesuai dengan webinar online.
Para siswa dan guru mulai mengenal aplikasi dan methode mengajar menggunakan Google Classroom, quiziz, kahoot, google form, google meet, zoom meeting, whats app , kine master , inshot, pinterest, powtoon, supermi, meitu, picsart, padlet dan banyak aplikasi lain sebagai pendukung dan variasi pembelajaran.
Semua itu tidak terlepas dalam pemanfaatan media digital, dengan memasukkan faktor literasi dan numerasi, sehingga muncullah istilah literasi digital. Literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam pemanfaatan media digital seperti alat komunikasi , jaringan internet dan lain sebagainya. Beberapa konsekuensi dihadapi manakala pembelajaran beralih ke media teknologi . Literasi digital membutuhkan device tambahan ( smartphone/HP, laptop, tablet dan sejenisnya), membutuhkan kuota internet dan listrik, membutuhkan digital skill dan pelengkap /tools.Nah…… hal inilah yang menjadi salah satu kendala kegiatan belajar mengajar.
Untuk wilayah perkotaan dimana jaringan listrik dan signal internet memadai , kendala kebutuhan kuota dan smartphone yang jadi kendala. Itupun akhirnya dibantu pemerintah dengan bantuan kuota internet. Ketersediaan smartphone dapat dipenuhi dengan berbagai cara. Program CSR perusahaan, pemanfataan dana KJP, urunan para alumni hingga sumbangan orang tua siswa lain
Lebih dari 2 tahun dijalani ,dunia usaha, masyarakat, guru dan pelajar hingga mahasiswa mulai terbiasa dengan kebiasaan baru. Dampak pandemi meninggalkan jejak. Selain duka kehilangan angggota keluarga, pengalaman merasakan isolasi mandiri dengan aturan ketat hingga sehat kembali, dunia usaha yang mulai bangkit dan pebisnis online yang tambah marak.. Saat ini media digital bukan hal baru lagi.Kreatifitas dan inovasi mulai bermunculan dengan literasi digital. Bahkan mungkin literasi digital akan jadi mata pelajaran di sekolah sekolah dengan nama lama” Teknologi dan Informatika ( TIK)”.
Seiring kebiasaan penggunaan media digital dalam pembelajaran, baik guru maupun siswa mulai berselancar bebas memanipulasi dan mengkreasikan berbagai aplikasi digital untuk kegiatan belajar mengajar. Tiktok, youtube dan instagram adalah media kekinian yang disukai para pelajar sekarang. Mereka dapat berekspresi secara bebas sebagai perwujudan merdeka belajar. Guru dapat mengarahkan pemanfaatan media digital tersebut sebagai penyeimbang dan kontrol. Karena secanggih apapun perkembangan tekonologi, peran guru tak tergantikan. Karakter peserta didik perlu dibina dan dipantau.
Jelang hari Guru 25 November 2021 , para guru dapat merefleksikan perjalanan kegiatan belajar mengajar selama ini khususnya kala pandemi. Hikmah besar dapat diambil sebagai pembelajaran , Pembiasaan baik selama pandemi dapat diteruskan, semangat belajar, berinovasi, berkreasi dan berbagi dapat dilanjutkan . Dunia pendidikan membutuhkan guru guru yang semangat belajar dan berbagi, mewujudkan merdeka belajar , menciptakan kegiatan belajar yang bermakna bagi siswa. Mencapai tujuan pendidikan di Indonesia sesuai amanah pembukaan Undang Undang Dasar 1945.
Jakarta, 24 November 2021
Mantap bunda helwiyah😊
ReplyDeleteMenginspirasi bun
ReplyDeleteKeren. Luar biasa, Bu Ewi.
ReplyDeleteSangat menginspirasi. Terima kasih...
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSangat menginspirasi. Moga saya bisa mengikuti jejak berliterasi bunda Helwiyah juga para Narsum hebat di GMLD & belajar menulis.
ReplyDelete