Manusia Silver
Siang hari ini pukul 13.30 cuaca panas cetar membahana,sinar matahari terasa menusuk kulit disepanJang jalan jatiwaringin Jakarta timur Motorku memasuki pom bensin ,masuk dalam antrian panjang.walau masih 3 strip diindikator tangki bensin ,namun sudah kebiasaan suami untuk isi tangki bensin walau masih separuh untuk mencegah korosi.
Dari jauh sudah tampak seorang ibu bersilver di wajah ,tangan dan kakinya, perawakan agak gemuk Sambil menggendong dengan kain ,bayi perempuan usia 1-1,5 tahun sambil teriak pada 2 anak berkulit silver pula .
"Kamu kesitu.. itu ada antrian panjang..."teriak si ibu pada anak sulung yang laki laki usia sekitar 8 tahun. Menyuruhnya menyodorkan ember putih bekas cat 5 kiloan. Ragu ragu dan takut si anak menghampiri setiap pengendara motor yang sedang antri untuk meminta sekedar receh.
Sang adik,nomor dua usia sekitar 5 tahun, lebih gesit menyodorkan ember bekas cat 5 kiloan meminta diisi oleh para pengendara motor dan mobil yang sedang antri mengisi bensin.
Setiap suami isi bensin motor ,aku tak mau berdiri di dekatnya.pasti kuberjakannjauh dari tempat pengisian bensin. Selain aroma bensin tak Kusuka , juga merasa malu jika berdiri dalam antrian . Biasanya aku nunggu di pintu keluar SPBU.
Kuperhatikan saat sang ibu dengan 3 anaknya yang semua dilapisi bahan silver bagian kaki,tangan,wajah hingga rambut keluar dari SPBU.
Tak jauh dari tempatku berdiri menunggu,di arah keluar pengisian bensin, si ibu meminta anak sulung menumpahkan isi ember cat bekasnya ke ember si ibu.Lumayan banyak lembar dua ribuannya. Si ibu meminta sang adik melakukan hal yang sama,namun sang adik malah duduk di atas ember tersebut. Ibunya marah ,kepala anak no 2 nya di dorong keras dengan menggunakan ember bekas cat 5 kilo yang terbuat dari plastik.anaknya menangis merasa sakit .nampak si ibu mengomel. Tak lama,dengan mimik kesal si adik mengambil isi embernya dan dengan keras memasukkan beberapa lembar 2 ribuan ke ember ibunya.
Mungkin merasa kalau kuperhatikan sejak tadi, si ibu dari jauh menatapku setelah selesai menasehati anak anaknya. diajaknya pergi ke 3 anaknya, menjauh dari SPBU.
Nah ....menurut pembaca yang budiman, bolehkah kita memberikan uang kepada mereka?apa alasannya jika boleh atau tidak boleh?
Menurut pembaca,. Apa hal yang melatar belakangi keadaan seperti ini?
Mengapa mereka mau melapisi kulit mereka dengan cairan berwarna silver,yang mungkin berbahan kimia berbahaya.
Lain kali kita lanjut mengamati kondisi sosial di tengah masyarakat.
# maaf, tidak sempat memfoto Karena HP off kehabisan batre .
Bekasi, 27 September 2021
23.22
Ya Allah, tulisannya sangat menyentuh juga mengajak berpikir , ngasih nggak yah?
ReplyDeleteTp telah terjadi eksploitasi tenaga anak2 ya Bu? Menyedihkan sekali nasib anak2 itu.
Berbagai faktor yang sulit diprediksi seseorang melakukannya. Terkadang terpaksa karena desakan ekonomi, ada pula yang ingin mendapatkan sesuatu yang bukan sekedar memenuhi kebutuhan dasar. Mungkin perlu penelitian lebih mendalam. Untuk memberi atau tidak, tinggal kembali kepada hati nurani masing-masing. Terkadang tidak memerlukan pemikiran untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
ReplyDeleteDilema ya Bu. Kalau ngasih, kuatir dia enakan dengan kegiatannya. Kalau nggak ngasih, kemanusiaan kita diketuk-ketuk. :(
ReplyDeleteSaya menduga, asalnya sebuah aksi teatrikal pada tempat keramaian. Namun jika beraksi di SPBU, lampu lalu lintas, sangat tidak pada tempatnya.
ReplyDeleteJika ditanya, mau ngasih nggak? Ngasih aja kalau mau, tidak perlu berpikir uangnya untuk apa. Tidak ngasih, juga tidak apa-apa, apalagi jika terasa terganggu.
Semoga Kemensos dan jajarannya serta pemda dapat menyukapi dengan memberi solusi.
Fenomena ini semakin bayak ditemui ..di gerbang tol jor jt warna tiap hri ada. .anak anak sampai orang tua kasihan tapi juga membayakan
ReplyDeleteTempat saya sudah mulai bermunculan manusia silver. Tapi untungnya bukan anak-anak. Dilematis ya, mau membantu atau tidak?
ReplyDeleteUntuk urusan memberi uang kalau saya biasanya tergantung isi dompet, klo ada saya kasih, klo nggak ada ya enggak. Saya tidak ingin ambil pusing terkait uang itu akan digunakan untuk apa, atau hal lainnya. Memberi ya memberi saja.
ReplyDelete