Selamat Jalan Bu Lik....
Selamat Jalan Bu Lik....
Adzan subuh baru saja berlalu, suara ayam pun belum lagi berbunyi. Hanya suara serokan sapu lidi Oma tetangga yang menyapu halaman terdengar nyaring.
Pelan suami berbisik, " Bu Lik meninggal di rumah sakit."
Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.... lafadz yang hampir tiap hari kusebut setiap ada yang meninggal. Lafadz duka itu harus kuucap dan kuketik hampir tiap hari semenjak wabah covid 19 mewabah di Indonesia.
Kini sudah 1,5 tahun virus corona menjadi ancaman kesehatan manusia. Bukan hanya di Indonesia , bahkan di seluruh dunia. Hingga pertengahan 2021 pertambahan yang terpapar positif covid dan meninggal semakin meningkat , walau banyak pula yang berhasil sembuh. Apalagi sejak ditemukannya varian delta yang kini juga menyerang anak anak.
Bu Lik memang terpapar positif covid sejak seminggu sebelumnya. Karena beliau sudah berusia di atas 50 tahun dan ada penyakit penyerta , daya tahan tubuhnya tak mampu melawan serangan gencar sang virus.
" Sebenarnya Om Joyo semalam telephon, tapi aku gak dengar, karena Handphone di silent. Meninggalnya jam 12 kurang 5 menit di Rumah Sakit Tangerang". lanjut suamiku.
" Terus gimana, khan Bu Lik Positif covid, ngeri aah..." aku menolak hadir ke rumah duka.
" Kan jenazah di rumah sakit . dirapikan dan dimasukkan peti dari rumah sakit, enggak ke rumah, kita langsung ke pemakaman aja", suami mencoba menjelaskan agar aku mengerti .
" Lihat nih, banyak chat dari grup whatsapp keluarga, mereka chat dari semalam aku baru buka".
" Jadi pada mau ke pemakaman jam berapa?", akhirnya aku pun berubah fikiran.
"paling cepat jam 9 pagi sampai di makam, kita kumpul dulu di rumah Om Rudi, saudara yang lain juga akan datang kesana , kita bisa berangkat bareng ke pemakaman".
Pemakaman Sela Pajang Jaya berlokasi di Tangerang, tepatnya melewati belakang bandara soekarno Hatta . Dengan 2 mobil kami berangkat dari kawasan pondok bambu Jakarta Timur menuju Tangerang pada pukul 8 pagi. Perjalanan melewati jalur tol berjalan lancar, jalan terasa lengang karena masih diberlakukan PPKM ( Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ) hingga tanggal 25 Juli 2021 .
Tiba di Pemakaman pukul 9 lewat 10 menit. Suasana asing bagiku. Pemakaman yang ramah. Gerbang masuk depan terdapat ucapan selamat datang. Terdapat pot tanaman yang cukup besar dengan tanaman yang sudah mengering karena tidak disiram dan cuaca cukup panas beberapa hari ini.Nampak beberapa mobil ambulance terparkir di sekitar luar area pemakaman. Halaman luar gerbang juga dipasang konblok dengan cat warna warni. Hhmm.... bagus juga cara menghilangkan kesan awal bahwa pemakaman tidak seram seperti yang lain.
Selama proses menunggu jenazah datang dengan ambulance Rumah sakit selama 1 jam, ada sekitar 5 ambulance jenazah dengan iring iringan motor berbendera kuning melewati area depan pemakaman, namun berbelok ke arah pemukiman warga. Agak mencekam juga suasana saat itu.Cuaca terik panas pada pukul 10 siang, angin berhembus agak kencang, banyak orang hanya terdiam. Hening sejenak, kembali lewat ambulance, ada pula beberapa kendaraan masuk area pemakaman termasuk ambulance jenazah. Ramai tapi sepi.
Sempat kupesan kopi panas dari pedagang asongan yang mangkal dekat parkir kendaraan kami, sambil makan getuk lindri bekal dari rumah. Si mbah dan sepupu suami tetap berada di mobil, tidak diiizinkan turun. Sudah dipesan dari rumah, mbah berisiko tinggi terpapar virus, sedapat mungkin menjaga ketat protokol kesehatan dan jauh dari orang yang tidak serumah.
Jelang pukul 11 siang, ambulance yang membawa jenazah Bu Lik pun datang. Kami diberitahu no plat ambulance beberapa menit sebelum kedatangan. Video pengurusan jenazah keluar dari rumah sakit pun dikirimkan oleh keluarga Bu Lik, tak jelas proses dari awal. Peti putih keluar rumah sakit sudah terbungkus rapi . Dilapisi plastik bening dan diberi nama.
Kami mengiringi di belakang ambulance jenazah. memasuki area pemakaman ,ternyata di dalam sangat ramai dengan parkiran kendaraan dan orang orang pengantar jenazah maupun sekedar ziarah. Para pedagang bunga tabur dan air mawar berusaha mengais rezeki dari para tamu. Yaaah.... ditengah derita keluarga almarhum dan almarhumah terdapat harapan peningkatan rezeki mereka. Namun keluarga Om Joyo sudah membawa bunga dari rumah sehingga tidak membeli bunga dari pedagang bunga pemakaman.
Ambulance melalui pemakaman umum, terus melaju ke area belakang. tepat disamping lapangan bola di sisi belakang . Banyak makam baru. terlihat dari kondisi gundukan tanah yang masih bertabur bunga dan papan nisan yang masih baru. Mungkin mencapai seratusan jumlahnya. kami parkir agak jauh, menghindari risiko penyebaran virus dari orang orang yang tidak kami kenal. Masker pun kami pakai double. Tak jauh dari parkir kendaran kami terdapat 1 baris panjang makam yang sudah agak lama, beberapa dipasangkan masker di batu nisannya. Infonya itu makam pasien covid pada awal lahan korban covid dibuka.
" Mas, ambil payung di mobil yha, panasnya luar biasa''.
Tak lama payung pun kukembangkan untuk sekedar berlindung dari panas. Payung cukup besar sehingga dapat kugunakan bertiga dengan anggota keluarga lainnya. Sambil sesekali kufoto dan videokan proses pemakaman Bu Lik ku.
" Wah..... kok baru digali ya lubangnya dengan mobil belko penggali tanah,Kenapa tidak disiapkan sebelumnya?". tanyaku heran . Agak lama menunggu penggalian yang berpindah karena penggalian lubang pertama terlalu kecil. 2 ambulance lain mengantri di belakang. Padahal ambulance Bu Lik saja sudah memuat 2 peti jenazah yang ditumpuk karena ambulance sulit didapat.
Ya Allah...... sebegini parahkah wabah di negeriku . Baru 2 jam kami berada di lokasi , sudah mondar mandir ambulance pembawa jenazah . Kematian akibat virus covid itu nyata, bukan rekayasa. Ribuan nyawa dimakamkan setiap hari. Banyak lahan pemakaman baru dibuka, karena lahan yang ada terus penuh.
Dalam diam aku sedih.... prihatin.... menangisi keadaan negeriku. Akan sampaikah wabah ini berakhir? berapa banyak lagi yatim piatu baru di masyarakat karena ditinggalkan orang tuanya?Berita di televisi pun sering menayangkan keadaan anak anak yang kehilangan orang tua karena covid, hingga ada yang harus diadopsi keluarga yang baik hati.
Tibalah saat peti Bu Lik diturunkan dari ambulance oleh petugas berpakaian APD lengkap . Hanya Om Joyo suami bu Lik, anak dan menantu yang berpakaian serba hitam yang menyaksikan dan mengantar Bu Lik ke peristirahatan terakhir. Teriring doa dari kami yang tak berani mendekat, semoga Bu Lik mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT. Selamat jalan Bu Lik..... .
Pak Ustadz mengatakan , orang yang meninggal karena wabah termasuk ke dalam mati syahid. Bu Lik adalah satu dari puluhan ribu pasien covid 19 yang wafat. Walaupun sudah mendapat pelayanan maksimal dari rumah sakit dengan peralatan memadai , nyawa bu Lik tak tertolong karena terdapat komorbid. Masih banyak pasien covid yang masih menjalani isolasi mandiri untuk upaya sembuh.
Indonesia masih berduka, Indonesia masih berjuang melawan wabah. Masyarakat diminta mematuhi peraturan demi kesehatan dan ketenangan . Banyak yang terdampak karena wabah ini. Semoga tidak terjadi lagi raungan ambulance pembawa jenazah yang mondar mandir di jalan jalan. .
Bekasi, 31 Juli 2021
Pukul 23.48
Bagus ibu, tak ada sejengkal kekurangannya. Sudah lebih 1,5 thn wabah melanda, hukum rimba pun berkuasa, siapa yang kuat dia lah yang tetap sehat dengan nafasNya
ReplyDeleteNah ... Saya kurang bisa berbahasa indah gitu .....mkasih yha
DeleteMasya Allah, mau komentar apa? Inilah Faksi
ReplyDeleteSebenarnya di grup F1 ini aja saya baru tahu ada faksi.kurang faham juga .makasih bunda ...
DeleteMantap dah tulisannya
ReplyDeletePak Lukman.....bener gak gini?kurang faham juga saya.browaing google adanya faksi partai politik. 😀
DeleteCerita mengalir. Bagus Bun 👍
ReplyDeleteTak sebagus tulisan Bu Dwi .....ini masih amatiran ..he...be...
DeleteBu Ewi selalu menginspirasi
ReplyDeleteAda rasa sedih, galau, takut, dan entah apalgi saat membaca tulisan ini bu .... hebaatt 👍👍
ReplyDelete