Cerita di Iedul Adha- Ssst Cuma Kita Yang Tahu

 



Cerita Di Iedul Adha:

SSSt Cuma Kita Yang Tahu


Iedul Adha tahun ini masih merupakan iedul Adha yang berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Ini tahun kedua iedul adha  atau lebaran haji  di masa pandemi. Masih banyak aturan protokol kesehatan yang harus dilaksanakan. Bukan tanpa sebab karena jelang iedul adha terjadi peningkatan yang cukup besar dalam jumlah penderita positif covid  19 dan tingkat kematian  di atas  1.000 perhari. Data update dari  kemenkes RI  per tanggal 19 Juli 2021 tentang perkembangan COVID 19 di Indonesia  terjadi penambahan  34.257 jumlah posisitf , 32.217 sembuh   dan 1.338 yang meninggal. Sungguh memprihatinkan. Bahkan hampir semua grup WA tiap hari ada info orang  yang meninggal. 

Sehari sebelum Iedul Adha, tepatnya kemarin , hingga adzan dzuhur berkumandang dari mesjid di belakang rumah, aku masih nyantai saja. Orang orang mah sudah sibuk masak ketupat dan teman temannya. Bahkan , info di WA grup Pelatihan menulis gelombang 20 yang aku ikuti , pak Dail sang ketua  siang siang sudah pasang foto ketupat dan semur yang sudah siap santap sejak pagi . Walaupun istri beliau bekerja tapi masih sempat persiapkan hidangan lebaran sehari sebelumnya dengan menu lengkap. Malam bisa dipanaskan lagi. Lha aku? emak emak pemalas.....?

No...... bukan pemalas , tugas emak bukan cuma masak , tapi dan lain lain. Masak mah sebentar juga kelar. Yang jadi masalah, apa yang mau dimasak, belanja juga belum. Ha....ha...ha... bawa happy aja  deh. " Ayah..... lebaran besok mau masak ketupat ,sayur godog ma semur  gak?" tanyaku ke ayah yang masih sibuk sejak 3 minggu lalu bikin teras cafe  cafe an di dak atas rumah. Maksudnya biar anak anak gak pergi jauh jah kalo mau  ngopi dan ngobrol  keluarga. 

" ya masaklah ,  biasanya juga kan bikin ketupat dan lain lainnya", 

"Tapi apa yang mau dimasak yah, belanja juga belum. cuma ada gula merahnya  aja", begitu kalo ada mauku.Hingga keluarlah beberapa lembar uang warna biru, dari tas  pak suami. 

"De...... anter ibu ke pasar",  panggil ayah  ke si bungsu yang biasa kami panggil de' atau Ais.itu sudah jam 1 siang lho.

Kuhampiri kamar  2 nak bujang yang masih ngagoler  males malesan setelah sholat dzuhur. 

" De...... mau dimasakin ketupat gak?" tanyaku. "mau lah...."  dengan mata mau merem lagi Ais masih sempet jawab. " Anterin ibu ke pasar yuk?". " iya..... bentar dulu ", sambil berbalik rebahan.

Setelah siap pake kostum ke pasar plus masker standar, eeeeh.... si Ais malah tidur. Langsung berpindah ke Ilham, putra ke dua kami , kakaknya Ais. " Ham, tolong anter ibu ke pasar yuk., udah jam 2 nih, Ais disuruh anter bilang iya malah tidur".

" iya bu", Sigap diambilnya  celana panjang, karena di dalam rumah biasa pake celana pendek. Cek uang, HP, Kacamata, ATM ( nirisin)  , tak lupa catatan belanjaan yang harus dibeli.  Berangkatlah ke pasar.  Ramainya pasar, pedagang kulit ketupat berjualan sambil bikin di tempat, tukang sayuran, ikan, tukang ayam yang dikerubutin emak emak  sampai gak kelihatan HP nya.  Seperti biasa kalo ke pasar sudah jadi tempat langganan  , ke tukang ayam, sayuran, kelapa santan, kecap dan lain lain. Setelah selesai, pulanglah kami, meninggalkan pasar yang tetap tamai. Biarlah mereka  asik belanja, jangan diiganggu.

"Nanti mampir ke tukang rujak yha, ibu mau beli pepaya potong.", aku pesen ke Ilham.  Pepaya bagus buat kesehatan. Buah lokal yang enak dan kaya manfaat.  Oh iya, buah pepaya juga sempat jadi bahan tulisan di grup pelatihan nulis lho, Om Jay memberi tantangan menulis dengan gambar buah  pepaya. Luar biasa banyak tulisan yang  masuk di grup WA.  

Acara masak memasak pun di mulai. Bagi tugas ke nnak wedhok , anak pertama kami. 

" Ketupat aku aja yang bikin bu"", Mbak kiki tawarkan bantuan. 

Ini sudah jam 3 baru mulai, apa magrib kelar buat buka yha?. 

Nanti malam pertemuan ke 4  dari 30 pertemuan Pelatihan  Belajar Menulis  PGRI. Aku harus   bersiap  di depan android dan laptop 10 menit sebelum kegiatan di mulai sesuai arahan nara sumber sebelumnya. . Magrib semua harus selesai, supaya ada sedikit waktu istirahat. 

ya sudahlah lakukan saja yang terbaik ,  makin cepat makin baik.

Alhamdulillah, pas magrib semua sudah siap. Ketupat, sayur godog betawi dengan isi kacang panjang iris halus, pepaya  muda parut yang sudah dibuang getahnya, pete, dengan bumbu ebi, cabe merah, bawang merah, cabe  merah gendut, terasi, sereh, salam, lengkuas  plus garam dan  gula  merah., diilengkapi semur ayam telor rebus dan tahu coklat.  Biasanya semur daging walau sedikit . Di pasar tukang daging tak ada yang jualan.Toko daging langganan tutup, di Giant kampung sawah jati Asih dekat rumah yang akan tutup 10 hari lagi  juga tak ada daging. Ku ambil sebungkus paru. Mungkin bisa buat alternatif. Hingga rapi masak itu paru cuma kurebus saja. 

"Ayah,tugasku sudah selesai yha , mulai pukul 19.00 sampai pukul 22.00 aku mau  pelatihan",  aku harus izin supaya tenang dan  tak ada  gangguan." Yo wis, silakan". jawab ayahnya anak anak.

Sekitar pukul 21.05 lagi seru serunya mau berselancar  di blog dan serasa di race F1, si ayah  berbisik," Aku haus". . Masih sempet kujawab, " mau minum apa?' tapi mata tetap ke  layar laptop, he..he..he.

" Jahe yang mana bu?" sambil acak acak isi kulkas. Diambilnya beberapa kali lengkuas dan kunyit sambil menanyakan itu jahe atau bukan. Wajarlah,  tak apa beliau gak hafal  bumbu bumbuan, itu tugasku.

Akhirnya si ayah bikin wedang Jahe  geprek , direbus bareng Gula merah dan sereh.

Nah..... si wedang jahe inilah  penyebabnya.

Sisa santan dari kelapa, semalam kumasukkan  ke bubur kacang ijo karena ayah akan masukkan plastik es buat dibikin es kacang ijo favoritnya.

Pagi pagi, kebiasaan emak emak, panasin masakan semalam. Karena  sunnahnya Iedul Ada, makan setelah sholat ied. Cuma niat kupanasin tanpa kusajikan. 

Pulang solat ied, dimeja makan sudah tersedia 3 gelas teh panas dan ketupat yang dipotong.  Mbak Kiki sedang halangan  jadi di rmah saja, tak sholat Ied. Ketika akan panaskan sayur godog semalam sisa sedikit dipanci, Kutambahkan sayuran tumisnya, mau kutambah santan. Sebelumnya kutambah dulu dengan air panas sisa mbak kiki bikin teh tadi  dari air  di ketel / Ceret. Syuuur......lho kok warnanya coklat tua?

Coba tebak itu apa?

iya...... si ayah bikin wedang jahe pake ceret /ketel air , jadi masih banyak sisa disitu. Terlanjur kumasukkan ke dalam panci sayur.  Ku cicipi, jadi pedes jahe. Semoga ayah gak tahu. kalo anak anak mah asik asik aja. 

" Ayah, santannya habis  semalam lupa beli. tadi warung sebelah tutup. gak apa apa sih, masih ada rasa santannya'" kucoba alihkan kepanikan.

" Ya udah aku  beli sebentar ke warung," sambil l ayah langsung keluar rumah. Tak lama kembali dengan belanjaan pesananku lainnya. Ayah memang suami sigap dan  asik.

Masukkan  santan dan air bening lagi ke sayur, tambahkan gula merah hingga mendidih. Cicipi.... hhhmm... tak terasa wedang jahenya. Karena wedang jahe berbahan hampir sama dengan sayur, hanya bedanya  sayur godog tak pake jahe . 

Akhirnya semua makan tanpa komentar. Tragedi wedang jahe penambah kuah sayur, tetap menjadi rahasia kita. Aku dan pembaca. 


Bekasi, 20 Juli 2021

Pukul 10.50 







Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Anak Istimewa

BUKU Mahkota Penulis, BUKU Muara Tulisan

Kabin Kereta Api